Monday, October 24, 2016

Heboh.....Inilah Hasil Uji Beban Toyota Calya!

 
Calya dan Sigra, Test Suspensi Belakang
 Keamanan dan kenyamanan saat berkendara, pasti enggak luput dari kerja sistem suspensi. Selain karena umur pakai, treatment saat pemakaian juga jadi pemicu, sistem suspensi enggak bekerja sesuai dengan ketentuannya. Sayangnya, kedua hal itu masih banyak ditemui dan dilakukan oleh pengguna kendaraan di Tanah Air. Alih-alih sebagai kendaraan keluarga dengan kabin lega, maka dianggap sah kalau dijejali penumpang dan bobot berlebih.

Ambil contoh yang lagi hangat diperbincangkan adalah LCGC terbaru Toyota Calya dan Daihatsu Sigra. Memang, peruntukannya sebagai MPV 7 penumpang, jelas harus dapat mengakomodir semua penumpang dengan aman dan nyaman.
Nah, sekalian nih bahas sistem dan cara kerja suspensi. Biar terbayang, apa resiko dan efeknya ketika kendaraan diisi penuh atau hanya dimuati berdua

Kasus 'amblasnya' atau overload suspensi Daihatsu Sigra dan Toyota Calya memang wajar, juga karena sudah masuk perhitungan pabrikan. Sehingga, hanya menyisakan masalah estetika saja, karena secara fungsi, baik Daihatsu dan Toyota sepakat mengklaim kalau kondisi tersebut aman.

Namun, aman bukan berarti pengguna bebas begitu saja memberikan beban. Tetap ada perlakuan khusus, utamanya saat sedang mengemudi dengan kapasitas penumpang full. "Paling aman mengetahui berapa bobot maksimal beban yang bisa diangkut. Untuk Daihatsu Sigra usahakan tidak lebih dari 500 kg. Karena berat mobil sekitar 1 ton dan Gross Vehicle Weight (GVW) 1,5 ton.

Nah kondisi tersebut artinya sudah full beban dan masih menyisakan jarak main suspensi sekitar 3 mm. Masih aman," ujar Anjar Rosjadi, Technical Service Executive Coordinator ADM. Secara ukuran sendiri, suspensi dan per belakang Calya-Sigra mangkuk bawahnya punya ukuran 11 cm, sedangkan diameter per 13 cm.

Disadari atau tidak kinerja suspensi ada batasnya, bila tidak dijaga dengan baik. Ini sebabnya, pemilik perlu mengetahui kelemahan dan kelebihan sokbreker. Fungsinya sebagai peredam goncangan sehingga bodi tidak bergoyang berlebihan akibat melewati jalan bergelombang.

Apa bila pengemudi mengenai gundukan atau medan, melintas di jalan berlubang, perangkat ini berperan untuk meredam gerakan saat per keongnya bergerak mengayun. Prinsip kerjanya, sokbreker meredam gerakan per melalui minyak maupun gas, sehingga dapat mengembangkan gesekan hydraulic yang diperlukan.

Dua cara peredam kejut menjaga gerakan per, pertama sebagai kompresi atau gerakan menutup dan rebound atau dikenal dengan istilah gerakan membuka. "Jadi sokbreker sebenarnya tidak ada hubungannya sama beban, karena tugasnya bukan untuk menghadapi beban.

Tapi justru per yang punya tugas untuk meredam beban. Nah, agar gerakan per tidak liar saat terkena beban dan guncangan, dikendalikan dengan sokbreker, sehingga keduanya harus harmonis," ujar Taqwa SS, tuner dari bengkel Garden Speed yang sudah malang melintang di dunia balap Tanah Air sejak 1990-an.

Maksudnya harmonis, artinya tidak boleh salah satu dari keduanya yang dominan saat bekerja. "Jadi ketika merasa tidak nyaman, lantas mengganti dengan sokbreker dan per yang lebih mahal? Belum tentu kondisinya jadi membaik. Dan biasanya ada standar manufacturing, itu punya kebutuhan sendiri-sendiri sesuai perhitungan mereka," bebernya.
Jadi kira-kira kalau digambarkan, suspensi bekerja pertama pada posisi preload. 

Ketika berjalan dan mendapat tekanan seperti melibas polisi tidur, maka sokbreker akan beraksi menerima tekanan (kompresi) dan di sini peran sokbreker mulai terasa. Guncangan tersebut diserap secara cepat oleh piston dan oli di dalamnya. Kemudian setelah itu preload bekerja, dengan menahan tekanan balik dari per.

Lagi-lagi yang berperan adalah oli dan gas di dalamnya, sehingga pengendara tak merasa ditendang balik. Mobil pun jadi stabil dikemudikan. Selain beban kendaraan, cara mengemudi adalah faktor utama bagaimana sektor suspensi mudah mengalami kerusakan lebih cepat dari prediksi masa pakainya sendiri, contohnya ketika pengemudi sengaja melewati jalanan rusak dengan kecepatan tinggi.

Jika perilaku tersebut dilakukan berangsur-angsur, bukan tidak mungkin as sokbreker akan bengkok. Posisi memarkir pun jadi salah satu faktor, seperti membiarkan mobil pada bidang miring atau tidak rata dalam jangka waktu lama 
 Demi urusan safety driving, distribusi bobot penumpang di dalam kendaraan ternyaat ada aturannya. Untuk hal yang satu ini, banyak pengguna kendaraan yang enggak terlalu faham. Hal tersebut terlihat ketika kendaraan 7 penumpangnya diisi full. Posisi penumpang dewasa biasanya ada di depan dan belakang dan sedangkan anak-anak, adanya di tengah. Benarkan demikian?

“Itu banyak terjadi dan salah kaprah. Bobot terberat pada kendaraan 7 penumpang harusnya berada kabin bagian tengah,” jelas Soni Susmana, instruktur safety driving dari Safety Devensive Consultant Indonesia. Jadi kalau memang kendaraan diisikan 7 orang penumpang, maka dihitung berapa kira-kira berat badan keseluruhan.

Dari hasil perhitungan tersebut, baru didistribusikan siapa yang harus duduk di kabin bagian tengah dan belakang. Berat beban selain penumpang juga harus diperhitungkan. Termasuk juga saat kendaraan menggunakan bagasi tambahan di atas.

Dalam urusan berkendara, pengemudi juga harus memperhatikan oskilasi (guncangan). Ada 2 hal yang membuat terjadinya oskilasi, yakni kondisi jalan yang enggak rata dan suspensi yang kinerjanya sudah enggak sesuai dengan standarnya. Ada beberapa macam oskilasi, yakni bouncing, pitching, yawing dan rolling. Semua hal itu berkaitan dengan keseimbangan dan kenyamanan saat berkendara.

- Bouncing: Gerakan naik turun dari keseluruhan bodi kendaraan. Bila terlalu berlebihan terutama saat di jalanan yang bergelombang dan kecepatan tinggi, maka dipastikan bagian per terlalu lembut.

- Pitching: Juga gerakan naik turun. Namun pergerakannya hanya bagian depan saja atau belakang saja dan terhadap center of gravity. Bila mengalami gejala seperti ini, maka kemungkinan besar per sudah lemah.

- Yawing: Merupakan gerakan bodi ke kiri atau ke kanan terhadap tengah kendaraan.

- Rolling: Adalah gerakan bodi kendaraan miring ke kiri atau ke kanan saat berbelok

 Gejala ini akibat dari tinggi kendaraan sebelah kiri dan kanan berbeda (miring). Atau juga bisa akibat dari per dan sok sudah rusak. “Bila pengendara sudah mengalami gejala bouncing atau pitching, maka waktunya untuk waspada. Untuk keselamatan berkendara, kecepatan kendaraan juga harus diturunkan. Misalnya dari 80 kpj jadi 60 kpj,” tegas Soni.   

Tak sekadar berteori, langsung saja OTOMOTIF melakukan simulasi full loaded pada unit Toyota Calya tipe G bertransmisi manual. Simulasi dilakukan dalam beberapa kondisi, pertama kosong, lalu diisikan 7 penumpang dan yang terakhir, masih dengan 7 penumpang tapi ditambah 3 air mineral galon yang masing-masing berbobot 19,5 kg.

Total bobot 7 penumpang adalah 496,4 kg. Terbagi dengan komposisi penumpang bagian depan 156,6 kg ( 2 orang), row ke-2 208,8 kg (3 orang) dan bangku paling belakang bobotnya 130 kg (2 orang). Kalau ditambah bobot kosong Calya tipe G, yang menurut brosur adalah 975 kg. Harusnya kondisi ini masih ideal untuk dipakai.

Simulasi terakhir, pada bagasi Calya ditambah 3 galon air mineral yang bobot totalnya 58,5 kg. Berapa angka yang muncul ketika melakukan simulasi 2 dan 3? Tak hanya diukur, OTOMOTIF juga melakukan sedikit simulasi apabila mesti ketemu tanjakan. Tak hanya tanjakan, area parkir kantor yang terbuat dari paving block, dengan kecepatan sekitar 25 kpj, bikin guncangan yang bikin travel sokbreker habis.

Untung ada stopper yang menahan, walau suaranya kadang bikin enggak nyaman. Kebetulan, di area parkiran kantor terdapat tanjakan cukup curam. Hasilnya ketika diisi penuh, Calya masih kuat nanjak, tapi dengan catatan mesti siap-siap tenaga dari bawah. Sedang apabila sempat diam dulu, bisa jadi karena bagian belakang turun cukup dalam dan Calya menggunakan sistem gerak roda depan. Roda depan malah sedikit kekurangan traksi dan beberapa kali spin.

Alhasil, mesti diakali dengan menginjak setengah kopling dan memainkan putaran mesin di kisaran 3.000 rpm supaya tenaga tidak drop. Oh iya, ada hal lain yang mesti diperhatikan apabila menggunakan Calya atau Sigra dengan kondisi ini ya. Ketika mengintip bagian kolong, ada perangkat lain yang riskan penyok atau rusak, yaitu tangki bahan bakar dan knalpot. Sebab, posisinya jadi sangat mepet dengan permukaan jalan.

 Tabel Simulasi (dalam mm)
Keterangan             Standar      Simulasi 2    Simulasi 3
                
Depan
Fender ke Ban         112             92                  93
Fender ke Aspal       650            629                623
Ground Clearance    180            160                150

Belakang
Fender ke Ban         100            22                  13
Fender ke Aspal       650           560                 545
Ground Clearance    164            160                 154

Per Belakang
Jarak Ulir 1              32,51         15,85             14,8
Jarak Ulir 2              42,39         19,51             15,9
Jarak Ulir 3              44,07         24,57             22,21

Otomotifnet.com.
 baca juga : 25 Bengkel Mobil Terbaik Di Indonesia

No comments:

Post a Comment